@age_mavia

@age_mavia
MENJELAJAH UNTUK BERBAGI
Powered By Blogger

ALONEDIECTIVITWEET

Hak cipta dilindungi. Diberdayakan oleh Blogger.
On Minggu, 23 Oktober 2011


Ibadah mempunyai pengaruh yang jelas, dan peranan kuat dalam perbaikan dan pembersihan individu, ibadah merupakan bagian kedua setelah akidah dalam pembangunan pribadi Muslim.
Orang yang berpikir tentang ajaran islam akan memahami bahwa ajaran islam adalah ajaran untuk ibadah, sedangkan ibadah itu memiliki rahasia diantaranya adalah bahwa ibadah itu adalah pembekalan dijalan, pembekalan ruh, dan penerang hati dan bila sekiranya Ia mendapatkan pembebanan maka ibadah menjadi kunci hati untuk  menciipi manisnya, keceriaannya dan mudahnya pembebanan ini.
Allah SWT ketika mengutus Nabi Muhammad SAW, Dia befirman pada beliau: (Hai orang yang berselimut (Muhammad), (1) bangunlah (untuk sembahyang) dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (2) (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (3) atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan, (4) sesungguhnya kami akan menurunkankepadamu perkataan yang berat(5)) Q.S Almuzammil ayat 1-5.
Bangun malam dan membaca Al Qur’an secara perlahan-lahan merupakan persiapan untuk menyampaikan ungkapan yang berat dan melaksanakan beban yang berat serta peranan yang besar, dan itu termasuk ibadah yang akan membuka hati, menguatkan hubungan, mempermudah persoalan, menyinari dengan cahaya, mengungkapkan kesabaran dan hiburan serta ketenangan.
Jika makhluk beribadah kepada Allah karena berharap sesuatu maka sesungguhnya Allah menjadikan ibadah mereka untuk kebaikan mereka sendiri, dan Allah membiasakan mereka untuk selalu berbuat kebaikan dalam kehidupan rohani dan jasmani, individu dan kemasyarakatan, dunia dan akhirat.
 Berikut ini akan dipaparkan beberapa bentuk ibadah yang utama serta penjelasan mengenai peran ibadah itu dalam perbaikan dan pengembangan individu.
A-   SHALAT.
 Sholat adalah ibadah yang paling terkuat dalam hal mengokohkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, dalam sholat juga akan menyinari ruh dan mensucikan jiwa serta menenangkan hati, dalam sholat kepatuhan hanya kepada Allah dibarengi dengan perasaan mengagungkan dan memuliakan Allah tampa adanya penghinaan bagi seseorang selain Allah yang lebih berhak untuk menghina, dalam sholat melatih sesorang untuk ikhlas pada Allah dan merasa Ia terawasi dalam setiap keadaan, dengan membiasakan teratur dan tepat waktu dalam menunaikannya  
 Sholat itu membantu seorang Muslim dalam hal pembekalan rohani, dan membantu dalam menghadapi kesusahan hidup, pada saat seorang Muslim berdiri dihadapan Allah dengan khusyu dan tunduk maka Ia akan merasakan kekuatan iman yang berada dalam anggota tubuhnya, lalu sholat akan memberikan pendorong yang hebat untuk membantu melawan peristiwa-peristiwa kehidupan, dalam hal itu Allah berfirman: (Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar)Q.S Al Baqarah ayat 153
 Dalam ayat ini Sayyid Qutub RA menafsirkan: (seorang manusia yang fana, lemah dan terbatas harus berhubungan dengan kekuatan yang maha besar, dan meminta pertolongan kepada kekuatan itu, sekiranya ia berupaya keras melampaui batas kekuatannya yang terbatas ketika dihadapkan dengan kuatnya kejahatan baik yang bersifat batin maupun dhohir, dan ketika ia berupaya untuk menuju kejalan yang lurus terasa berat baginya, maka disinilah nampak terasa nilai sholat itu yang merupakan suatu hubungan langsung antara manusia yang fana dan kekuatan yang kekal, dan solat juga merupakan keberangkatan dari batas realita keadaan bumi yang kecil menuju bidang realita  keadaan alam yang agung, sholat adalah ruh dan kedermawanan serta  pelindung diwaktu panas, sholat adalah sentuhan keringnya hati yang penat dan menyerah, maka dari itulah ketika Nabi Muhammad SAW tertimpa persoalan maka beliau langsung meminta tolong dengan sholat.
 Allah telah menjadikan sholat-sholat wajib yang lima waktu itu dengan pembagian waktu yang sangat bijaksana meliputi antara waktu siang dan waktu malam agar hal itu dapat memberikan kesempatan untuk mensucikan jasmani dan rohani, menghilangkan pengaruh-pengaruh kelalaian, hadis Nabi SAW telah menyinggung tentang maalah ini, beliau bersabda: (bagaimana pendapat anda sekalian, jikalau sebuah sungai mengalir dekat pintu rumah anda kemudian anda mandi disungai itu lima kali sehari, Masih adakah daki yang tinggal dibadannya? jawab mereka “tidak tinggal sedikitpun”, sabda beliau: bgitulah perumpamaan sholat yang lima waktu; Allah menghapuskan dengannya segala kesalahan) H.R Muttafaq’alaih   
   Shalat itu persiapan untuk berperilaku baik terhadap orang-orang, apabila sholat ditunaikan dengan khusyu’ maka akan mencegah dari perbuatan keji dan mengkar, Allah SWT berfirman: (Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar) Q.S Ankabuut ayat 45
   Sholat itu mempunyai pengaruh besar dalam mengikat pribadi Muslim dengan masyarakatnya, serta dalam merealisasikan persamaan derajat antara anggota masyarakat ini. Allah SWT telah mensyari’atkan untuk berkumpul dalam melaksanakan sholat lima kali dalam sehari, maka tidak diragukan lagi bahwa dalam perkumpulan ini dapat memperkuat ikatan dan terpusatkannya saling kerjasama, saling menghargai, dan saling menyayangi, seta perinsip persaman derajat akan tercapai dimana antara tuan dan anak buah, kaya dan miskin itu duduk dalam satu barisan dibelakang satu imam, menghadap satu kiblat, dan hati mereka diarahkan sepenuhnya kepada Tuhan yang maha esa yaitu Allah seru sekalian alam, dan semua ini bagi kaum mu’minin merasakan adanya kewajiban keterikatan dan penyatuan arah dan tujuan mereka.
 Inilah sholat yang memiliki cahaya yang menyala, dan itulah manusia yang senantiasa memerlukan kekuatan ruh, kekuatan sholat yang dapat mengangkat jiwa pribadi-pribadi kepada tujuan-tujuan yang tinggi, dan hubungan antar manusia menjadi tidak hanya dalam urusan materi namun mencakup urusan-urusan kerohanian yang merupakan otak kehidupan dan urat syaraf masyarakat.
 B- ZAKAT.
 Zakat mempunyai peranan yang besar dan pengaruh yang jelas dalam penyucianan dan perbaikan individu (zakat adalah terapi yang bersifat praktek yang menjauhkan manusia pada kelemahan jiwa, membentenginya dari sifat kikir, egois dan menyembah harta).
 Zakat telah tercantum dalam Al Qur’an yang beriringan engan sholat dalam sejumlah permasalahn-permasalahan sebagaimana juga disebutkan nama shodaqoh, transparansi dalam keterangan hikmah zakat itu tersebut dalam firman Allah: (Ambillah zkat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka) Q.S Attaubah ayat 103
 Mensucikan itu nampak dalam kemurnian jiwa dari segala campuran sifat yang tidak terpuji, penyucian itu jelas dalam penempatan keutamaan, dalam mengeluarkan zakat akan mensucikan dari sifat hinanya egoisme dan kikir, membebaskan dari pengaruh nafsu dan menyembah harta, mewujudkan perasaan ridlo dan rendah hati, membiasakankan untuk saling mengasihi dan perhatian pada yang lain
  Zakat adalah faktor yang paling kuat dalam mengukuhkan cinta dan kaih sayang serta mewujudkan rasa solidaritas bersama antar pribadi dan masyarakat (Yang fakir merasa bahwa mereka termasuk bagian dari anggota dalam masyarakat yang mengayomi mereka, dan mereka justru tidak berusaha untuk merampas harta masyarakat itu dan mereka tidak berfikir untuk menghalangi pengembangan harta ini, dengan demikian masyarakat akan selamat dari banyak kejahatan, harta dan kehidupan orang kaya akan menjadi tenang).
 D-   PUASA
 Puasa adalah aturan yang mendidik, pengruhnya nampak dengan jelas dalam akhlak kepribadian yang pengaruhnya harus memantul kepada perilaku sosial.
 Al Qur’an telah menentukan hikmah yang agung mengenai hukum puasa dalam firman Allah:( hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa) Q.S Al Baqarah ayat 183.
    Dalam berpuasa akan mensucikan manusia dari perbudakan nafsu syhwat dan menyembah materi, tarbiyah amaliah dalam menguasai garizah, berpuasa adalah jihad yang berat untuk membiasakan sabar, menguatkan dan menajamkan keinginan yang kuat, siap dalam menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan yang menimpanya, ketika orang yang berpuasa mengalami sakitnya kelaparan dan kehausan maka ia akan merasakan bagaimana penderitaan fakir, dan tangannya ia ulurkan untuk kebaikan  terhadap saudara-saudara sesama muslim dan akhirnya kebaikan yang banyak akan tercapai.
    Puasa adalah faktor kuat untuk menebarkan keutamaan-keutamaan dan menghilangkan kehinaan-kehinaan, membuang sebab-sebab saling bermusuhan dan benci antar anggota masyarakat, merupakan tempat pertemuan yang aman bagi pribadi dan masyarakat, dalam hal itu Rasulullah SAW bersabda: (puasa itu ibarat perisai. Pada hari melaksanakan puasa, janganlah yang berpuasa mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar bingar bertengkar, jika diantara kalian memakinya atau mengajak berkelahi, hendaknya katakan kepadanya, “saya sedang puasa”. .) H.R Muttafaq ‘alaih
Puasa yang di harapkan oleh islam dan menjadikanya sebagai sarana untuk mensucikan jiwa itu adalah bukan hanya menahan dari nafsu syahwat batin dan kemaluan  namun sesungguhnya adalah manahan seluruh anggota badan  untuk maksiat pada Alah.
    Rasulullah SAW bersabda: (barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan jahat, maka Allah tidak butuh kepadanya ia meninggalkan makan dan minum) H.R Bukhari dan beliau bersabda: (betapa banyak orang yang berpuasa sementara dia hanya merasakan haus dan lapar saja) H.R Ibnu Majah.
 D- HAJI.
 Haji mempunyai pengaruh jelas dan peranan yang besar dalam perbaikan dan pensucian individu, dimana ia merupakan perjalanan jihad yang agung dan dilalui oleh seorang muslim dengan ruh dan jasadnya, dalam berhaji ia juga mengerahkan harta dan jasmaninya, dan termasuk ibadah yang terkuat dimana nampak didalam pelaksanaannya manusia melakukan ibadah dan penyerahan diri pada Tuhannya.
 Haji memberikan andil dalam mengangkat tingkatan derajat akhlak; dimana haji itu mendidik jiwa akan segala arti-arti kebaikan dan keutamaan, dan menghapus segala arti-arti keburukan dan kehinaan, Allah berfirman: (Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (baca: mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh) berbuat fasik dan berbantah bantahan didalam masa mengerjakan haji) Q.S Al baqarah ayat 197
 Segala sesuatu yang dilarang untuk dikerjakan dalam haji ini, semuanya tidak lain berbentuk kumpulan keburukan, pada saat seorang muslim melihat dirinya untuk meninggalkannya maka ia telah merasakan kemenangan yang luar biasa, ia akan kembali dengan membawa haji yang bersih dari dosa sebagaimana Nabi SAW mensabdakan hal tersebut dalam hadisnya: (barang siapa yang mengerjakan haji semata-mata karena Allah, tidak berkata keji dan tidak melakukan perbuatan jahat, orang itu (bersih) kembali seperti ia baru dilahirkan ibunya (tidak berdosa)) H.R Muttafaq alaih.
Haji mempunya peran yang jelas dalam mewujudkan solidaritas sosial, memberi makan orang-orang yang lapar lemah lembut terhadap orang-orang yang sengsara yaitu dengan menyembelih hewan kurban, dalam hal itu Allah berfirman: (maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebahagian lain) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir)Q.S Al Hajj ayat 28 dan Allah berfirman (Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta dan orang yang meminta, demikianlah kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur) Q.S Al Hajj ayat 28, maksud dari (Kemudian apabila telah roboh (mati)) adalah apabila telah jatuh kebumi setelah di sembelih, orang yang merobohkan tembok sekali roboh bila telah jatuh, maksud kata “orang yang rela dengan apa yang ada padanya” adalah orang yang suci lagi ikhlas, menurut pendapat lain bahwa kata itu berarti orang yang meminta, barang siapa yang tidak meminta padanya bila ia telah tunduk padanya lalu ia meminta. Kata “orang yang meminta” adalah orang yang mudah untuk meminta, pendapat lain adal;ah orang yang mudah tamak padamu dalam memberi dan ia tidak meminta.
 Termasuk pengaruh-pengaruh dan buah yang baik dari haji adalah mewujudkan persatuan dan persamaan derajat secara amaliah dan kenyataan, dimana para jamaah haji  yang datang dari seluruh penjuru dunia dan dari berbagai umat yang berbeda jenis bertemu, mereka telah melepaskan perhiasan, pangkat dan jabatan mereka lalu wuquf dalam satu tempat dan melaksanakan satu syi’ar kepada satu Tuhan, mereka pada saat itu merasa benar-benar satu kesatuan manusia yang seluruhnya bernaung kepada Allah (kalian semua berasal dari Adan dan Adam berasal dari tanah) mereka merasakan satu jasad, dan  arah serta tujuan yang sama, lalu dengan begitu (baca: melaksanakan haji. Pent) keimanan dan kekuatan mereka akan semakin bertambah.
Kalaulah saya telah memaparkan pembahasan tentang peran sholat, zakat, puasa dan haji dalam mensucikan dan perbaikan individu, namun sesungguhnya ibadah-ibadah lainnya yang telah dibebankan oleh Allah SWT juga mempunyai pengaruh yang sama dan memiliki peran yang sama dalam perbaikan dan pensuian individu, karena sudah maklum dan telah ada ketetapan bahwa Allah SWT tidak membebankan sesuatu apapun pada kita kecuali disitu terdapat adanya kebaikan bagi individu dan masyarakat.
 Dalam hal kewajiban-kewajiban tersebut adalah seperti halnya sunnah-sunnah yang juga memilki pengaruh positip dalam mensucikan dan menguatkan antara individu dan Tuhannya yang Maha Agung,  menjadikannya sebagai hamba Tuhan yang dicintai Allah, dan senantiasa diberikannya tawfik serta langkah-langkahnya selalu dijaga, do’anya dikabulkan, dalam hal itu Allah berfirman dalam hadis Qudsi: (hambaku tidak mendekat padaku seperti yang aku telah wajibkan padanya, dan hambaku mendekat padaku masih dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya, bila Aku telah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar dan Akulah penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan Akulah tangannya yang ia gunakan untuk bertindak, dan sungguh bila ia meminta perlindungan pada-Kuu maka Aku akan melindunginya, dan bila ia memohon pada-Ku sungguh Aku akan berikan permohonannya.
Maka dari itulah, Islam membuat batu pondasi dasar dalam pembangunan masyarakt, dan Islam harus terus melangkah dalam mendirikan bangunan masyarakat atas pondasi dasar yang yang kuat.

By, H Zaenal Abidin L

Sumber: Artikel guru http://man2serang.sch.id/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments